Membuat Tulisan Feature
Nah, setelah
kamu tahu apa itu feature, sekarang kita masuk ke teknik membuat tulisan
berjenis feature ini. Sebetulnya hampir sama dengan teknik menulis artikel
lainnya, hanya saja dalma menulis feature kita dituntut untuk lebih â€کmenyentuh’ dan memberikan nuansa
lain dari sekadar sebuah berita. Itu sebabnya, feature bisa berfungsi sebagai
penjelasan atau tambahan untuk berita yang sudah disiarkan sebelumnya, memberi
latar belakang suatu peristiwa, menyentuh perasaan dan mengharukan,
menghidangkan informasi dengan menghibur, juga bisa mengungkap sesuatu yang
belum tersiar sebagai berita.
Sobat muda
muslim, yang perlu mendapat perhatian dalam penulisan feature ini, adalah lead
yang menarik (kita kan pernah belajar ya? Coba deh tengok lagi tip
sebelumnya…). Nah, lead dalam feature inilah yang sepertinya penting, meski
bukan pokok memang. Bahkan jangan lupa, selain lead, kamu juga kudu membuat
tubuh dan endingnya dari tulisan tersebut. Sangat boleh jadi â€کending’ sebuah feature sama
pentingnya dengan lead. Jadi kudu menarik dan menggoda pembaca. Misalnya
memberikan kesimpulan atau mungkin ada â€کceletukan’ atau sindiran yang menggoda pembaca. Di
sinilah editor biasanya paling pusing untuk memotong tulisan jenis feature,
nggak gampang lho. Sama sulitnya dengan â€کmengobrak-abrik’ naskah cerpen. Kenapa? Karena semua
bagian dalam feature itu penting. Itu saja.
Nah, harus
diakui bahwa yang terpenting dalam pembuatan tulisan berjenis feature ini
adalah lead. Kekuatannya ada di sana. Lead ibarat pembuka jalan. Jadi kudu
benar-benar menarik dan mengundang rasa penasaran pembaca untuk terus membaca.
Sebab, gagal dalam menuliskan lead pembaca bisa ogah meneruskan membaca. Nah,
gagal berarti kehilangan daya pikat. Itu sebabnya, penulis feature kudu pinter
betul menggunakan kalimatnya. Bahasa harus rapi dan terjaga bagus dan cara
memancing itu haruslah jitu. Memang sih, nggak ada teori yang baku tentang
menulis lead sebuah feature. Semuanya berdasarkan pengalaman dan juga
perkembangan. Saya modifikasi dari perkembangan yang saya lihat di berbagai
media massa dan sedikit teori umum tentang itu. Namun, sebagai garis besar beberapa
contoh lead bisa disebutkan sebagai berikut:
Lead Ringkasan:
Lead ini hampir
mirip dengan berita biasa, bedanya, yang ditulis adalah inti ceritanya. Banyak
penulis feature menulis lead gaya ini karena gampang. Misal: Usia tua bukan
halangan bagi Bu Maryam untuk tetap bertahan jualan gado-gado di kantin sekolah
kita. Ia, dengan semangat tinggi bertekad menghidupi anaknya agar bisa sekolah
seperti yang lain. Dan seterusnya…. Pembaca sudah bisa menebak, yang mau
ditulis adalah penjual makanan bernama Bu Maryam yang sudah tua.
Lead Bercerita:
Lead ini
menciptakan suatu suasana dan membenamkan pembaca seperti ikut jadi tokohnya.
Misal: Anak berseragam putih-abu itu menenteng balok kayu. Sorot matanya tajam
bagai elang mengincar mangsanya. Sejurus kemudian ia memberi komando untuk
menyerang lawannya dari sekolah lain. Tawuran pun tak bisa dihindari lagi.
Warga sekitar kejadian, yang kebanyakan ibu-ibu ketakutan menyaksikan drama
itu… Pembaca masih bertanya apa yang terjadi. Padahal feature itu bercerita tentang
maraknya tawuran pelajar yang selama ini selalu bikin resah.
Lead Deskriptif:
Lead ini
menceritakan gambaran kepada pembaca tentang suatu tokoh atau suatu kejadian.
Penulis yang hendak menulis profil seseorang, biasanya seneng banget bikin lead
kayak begini. Misal: Sesekali wanita tua itu mengelap keringatnya yang mengucur
dengan ujung kebayanya, ia terus mengulek bumbu pecel. Sementara anak-anak
sekolah sibuk berebutan membeli gorengan di kantin sekolah itu. Meski banyak
anak yang suka curang dengan tidak membayar dagangannya, Bu Maryam tak pernah
ambil pusing, “Mungkin dia tidak punya uang”, katanya suatu saat…..
dst….Pembaca mudah terhanyut oleh lead begini, apalagi penulisnya ingin membuat
kisah Bu Maryam yang bak pelangi.
Lead Pertanyaan:
Lead ini
menantang rasa ingin tahu pembaca, asal dipergunakan dengan tepat dan
pertanyaannya wajar saja. Lead begini sebaiknya satu alinea dan satu kalimat,
dan kalimat berikutnya sudah alinea baru. Misal: Untuk apa mereka berjihad ke
Irak? Memang ada yang sinis dengan dibukanya pendaftaran relawan untuk berjihad
ke Irak, menyusul invasi AS dan sekutunya ke negeri seribu satu malam itu 20
Maret lalu. Bahkan pemerintah pun menanggapi dingin rencana tersebut bahkan ada
yang pejabat yang mengatakan “konyol” terhadap rencana tersebut…dst….Pembaca
kemudian disuguhi feature tentang rencana relawan yang akan berjihad ke Irak.
Lead Nyentrik:
Lead ini
nyentrik, ekstrim, bisa berbentuk puisi atau sepotong kata-kata pendek. Hanya
baik jika seluruh cerita bergaya lincah dan hidup cara penyajiannya. Misal:
Hancurkan
Amerika!
Tangkap Bush!
Bush Teroris!
Tegakkan
Khilafah
Hancurkan
demokrasi!
Teriakan itu
bersahut-sahutan dari ribuan pendemo di depan Kedubes AS dalam unjuk rasa
menentang invasi AS dan sekutunya ke Irak …. dst…. Pembaca akan disuguhi
feature tentang tuntutan para pengunjuk rasa tersebut.
Lead Menuding:
Lead ini
berusaha berkomunikasi langsung dengan pembaca dan ciri-cirinya adalah ada kata
“Anda” atau “Saudara” (bisa juga Kamu). Pembaca sengaja dibawa untuk menjadi
bagian cerita, walau pembaca itu tidak terlibat pada persoalan. Misal: Kamu
jangan bangga dulu punya HP oke. Meski kemana-mana nenteng ponsel yang fiturnya
seabrek, boleh jadi kamu buta tentang teknologi telgam ini dst….
Lead Kutipan:
Lead ini bisa
menarik jika kutipannya harus memusatkan diri pada inti cerita berikutnya. Dan
tidak klise. Misal: “Saya akan terus berjuang sampai titik darah yang
penghabisan. Lebih baik mati daripada menanggung derita karena dijajah Israel,”
kata seorang pemuda Palestina dengan lantangnya saat membakar bendera Israel di
Tepi Barat dalam sebuah demonstrasi yang digelar ratusan pejuang Palestina itu…
dan seterusnya. Pembaca kemudian digiring pada kisah perjuangan rakyat
Palestina.
Lead Gabungan:
Ini adalah
gabungan dari beberapa jenis lead tadi. Misal: “Saya tak pernah merasa gentar
menghadapi serbuan AS dan sekutunya” kata Saddam Husein dalam pidato yang
berapi-api itu. Ia tetap tersenyum cerah dan melambai-lambaikan tangannya di
hadapan ribuan rakyat Irak di sela-sela pidatonya itu…. Ini gabungan lead
kutipan dan deskriptif. Dan lead apa pun bisa digabung-gabungkan. Coba ya…
Nah, setelah
kita membuat lead, jangan lupa membuat isinya, yakni yang disebut dengan
“Batang Tubuh”. Lead yang menarik, tentu kudu didukung dengan batang tubuh yang
oke juga. Tapi yang jelas fokus cerita jangan sampai menyimpang. Buatlah
kronologis, berurutan dengan kalimat sederhana dan pendek-pendek (lihat tip
ke-8, “Hindari Kalimat Raksasa”). Terus deskripsi, baik untuk suasana maupun
orang (profil) mutlak untuk pemanis sebuah feature.
Kalau dalam
berita, cukup ditulis begini: Bu Maryam penjual makanan yang sabar di kantin
sekolah kita. Paling hanya dijelas kan sedikit soal Bu Maryam. Tapi dalam
feature, kamu dituntut lebih banyak. Profil lengkap Bu Maryam diperlukan, agar
orang bisa membayangkan. Tapi tak bisa dijejal kayak begini: Bu Maryam, penjual
makanan di kantin sekolah kita, yang sudah tua dan menjanda, umurnya 50 tahun,
anaknya 6, rumahnya di Tanah Abang, tetap sabar. Walah, itu mah kurang greget
atuh. He..he..
Kamu kudu
memecah data-data itu. Misalnya, alenia pertama cukup ditulis: Bu Maryam, 50
tahun, penjual yang sabar. Lalu jelaskan tentang contoh kesabarannya. Bu Maryam
yang sudah tua tak kenal lelah berjualan, untuk menghidupi keenam anaknya yang
sebagian masih berusia remaja. Di bagian lain bisa ditulis: “Demi anak-anak,
saya rela membanting tulang kerja keras” kata wanita yang ditinggal mati
suaminya 10 tahun lalu dan kini tinggal di sebuah rumah di kawasan Tanah Abang.
Dan seterusnya.
Anekdot perlu
juga untuk sebuah feature. Tapi jangan mengada-ada dan dibikin-bikin ya? Jadi
nggak menarik nantinya. Kutipan ucapan juga penting, agar pembaca tidak jenuh
dengan suatu reportase. Nah, detil penting tetapi harus tahu kapan terinci
betul dan kapan tidak. Misalnya, Bis itu masuk jurang dengan kedalaman 15 meter
lebih 40 centi 8 melimeter…, apa pentingnya itu? Sebut saja sekitar 15 meter.
Beda dengan yang
ini: Gol kemenangan Juventus dicetak Pavel Nedved pada menit ke 44, ini
penting. Sebab nggak bisa disebut sekitar menit ke 45. Kenapa? Karena menit 45
sudah setengah main. Dalam olahraga sepakbola, menit ke 41 beda jauh dengan
menit ke 35. Bahkan dalam atletik, waktu 10.51 detik banyak bedanya dengan
10.24 detik. Belum lagi ngitung waktu dalam arena balapan F1, seper sekian
detik juga akan diperhitungkan. Tul nggak?
Oya, â€کkecanggihan’ lead dan batang tubuh
nggak bakalan sempurna kalo nggak ada â€کending’ (penutup). Kalo dalam berita malah tidak ada
penutup. Untuk feature paling nggak ada empat jenis penutup. Pertama, penutup
“Ringkasan”. Sifatnya merangkum kembali cerita-cerita yang lepas untuk mengacu
kembali ke intro awal atau lead. Kedua, penutup “Penyengat”. Jadi, membuat
pembaca kaget karena sama sekali tak diduga-duga. Misalnya, menulis feature
tentang gembong pelaku curanmor yang berhasil ditangkap setelah melakukan
perlawanan. Kisah sudah panjang dan seru, pujian untuk petugas polisi sudah
datang, dan sang penjahat itu pun sudah menghuni sel tahanan. Tapi, ending feature
adalah: Esok harinya, penjahat itu telah kabur kembali. He..he..he..
Ketiga, penutup
“Klimak”. Ini penutup biasa karena cerita yang disusun tadi sudah kronologis.
Jadi penyelesaiannya jelas. Keempat, penutup “Tanpa Penyelesaian”. Cerita
berakhir dengan mengambang. Ini bisa taktik penulis agar pembaca merenung dan
mengambil kesimpulan sendiri, tetapi bisa pula masalah yang ditulis memang
menggantung, masih ada kelanjutan, tapi tak pasti kapan. Misalnya: Entah sampai
kapan perang AS-Irak ini akan berakhir.
Yup, ini sekilas
aja tentang teknik penulisan feature. Kamu bisa mencari ide untuk bahan
penulisan dari kehidupan sehari-hari, berita aktual, kehidupan seseorang, dan
peristiwa lainnya. Sebab, yang terpenting ada newspeg, alias cantelan berita,
karena feature bukan fiksi. Ia fakta yang ditulis dengan gaya mirip fiksi.
Banyak hal yang bisa ditulis dengan gaya feature. Buat menambah wawasan dan
mengasah keterampilanmu, seringlah membaca tulisan orang lain dengan gaya
penulisan feature. Pelajari, dan buatlah dengan gaya bahasamu. Sip kan?
Ditanggung antimanyun deh. Selamat mempraktikkan
0 komentar:
Posting Komentar